Kami berangkat berdua naik kereta, membawa oleh-oleh yang beratnya minta ampun. Repot, ah merepotkan..
(4 jam berlalu)
Kami tiba disana, di stasiun Jakarta kota. Menunggu seseorang, kami menunggu teman kakak ku. Capek sudah pasti. Tapi aku tetap sabar, sambil sesekali dzikir dalam hati berharap teman kakak ku cepat sampai disini dan menjemput kami yang sudah kelelahan dimakan oleh waktu.
(2 jam berlalu)
Aku hampir cacad fikiran, dan emosi tidak dapat terbendung lagi. Dia adikku yang berada disampingku tetap sayu, iya aku tau dia memang sedang sakit. Huaaaa aku bingung, sudah hampir 2 jam kami menunggu dsini di stasiun Jakarta kota. Tapi, belum ada tanda-tanda keberuntungan. Aku melihat handphone yang berada ditanganku mengecek sms kalau-kalau teman kakakku sebentar lagi sampai. Ternyata dia masih di stasiun duri, menunggu kereta yang menuju ke stasiun Jakarta kota tempat kami menunggu. Ah, aku menggerutu. Berarti harus 1 jam lagi kami menunggu disini dengan keadaan yang tidak memungkinkan. Oke, batas kesabaranku mulai tidak bisa terkendali. Handphone berdering lagi, tanda sms masuk. Kakak pertama menyuruhku untuk membeli tiket jurusan Tangerang, mungkin ini jalan terbaik fikirku singkat dan aku menurutinya. Setelah membeli tiket, kami langsung menaiki kereta jurusan Tangerang. Beberapa menit kemudian keretapun melaju dengan tenang dan santai. Dan tiba-tiba aku mulai kebingungan lagi, aku lupa sms temen kakakku kalo kami sudah naik kereta jurusan Tangerang. Aduh, bodoh sekali aku ini. Sesudah sms dia minta kami berdua, menunggu di stasiun duri. Iya, dan lagi-lagi aku menurutinya.
Setibanya di stasiun duri…..
Awan gelap? Loh, hujaaaan, hujaaan. Aku panik. Hujan membasahi kami berdua, hujannya deras sekali mana ini oleh-olehnya berat. 2 kardus berhasil aku selamatkan. Aduh, adikku basah kuyup, badannya panas, dia menggigil, bibirnya biru, dia hampir mau pingsan. Aduh, aduh…. Masya Allah tolong aku, tolong kami.
Aku tidak memperdulikan diri aku sendiri, yang aku pikirkan hanya adikku yang sedang kesakitan, kedinginan, menggigil, dan hampir pingsan. Ya Allah, aku panik luar biasa. Disini aku belum bertemu dengan teman kakakku. Kami masih menunggu. Disisi lain, kereta jurusan Tangerang sudah melintas didepan. Tapi aku memilih untuk menunggu teman kakakku. Sudah lama kami menunggu disini, berdiri dengan keadaan basah kuyup. Tapi, teman kakakku belum juga datang.
Aku kesal, wajah kami mendadak pucat pasi dan bulir gerimis yang mengenai kepala ku menggeelincir ke pipi seolah-olah aku menangis, padahal aku memang sedang menangis. Kapan semua ini berakhir? Aku capek, aku bingung ya Allah.. aku memilih untuk naik kereta lagi karna kesabaran untuk menunggu teman kakakku sudah habis. Aku sms dia, dan dia mengiyakan bertanda setuju kalo kami duluan naik kereta jurusan Tangerang lagi.
Kereta yang kami tumpangi dingin sekali, aku yang sehat saja tidak tahan dengan dinginnya AC ini. Adikku sudah semakin parah, dia semakin drop. Seketika aku mengeluarkan jaket yang berada didalam tas. Aku pakaikan jaket itu untuknya, supaya tidak terlalu dingin. Aku terus menyemangatinya supaya bisa kuat, jangan pingsan, dzikir dalam hati, do’a sama Allah, ucapku meyakinkan.
30 menit didalam kereta yang dingin karena AC, sakit rasanya aku berada disitu dengan melihat keadaan adikku yang semakin parah. Aku tidak memperdulikan suasana didalam kereta itu. Dimana banyak banci-banci yang sedang asik menari dan menyanyi. Lucu sih, tapi menurutku lebih baik diam. Nnga pas rasanya harus tertawa terbahak-bahak disaat seperti ini. Dimana keadaan yang begitu ironis dan menyedihkan, huuhh..
Stasiun Tangerang..
Kami sudah ada dan turun di stasiun ini. Kakak pertama ku menjemput kami. Tapi, sekarang dia belum datang. Katanya sih kena macet. Huhh oke sekarang aku lega karena sudah ada yang menjemput. Ngga lama, kemudian kakak pertamaku ada didepan dengan membawa mobil pribadinya, dia langsung berlari kearah kami dan menggenjang tangan si Jaka, karena dia sudah lemas tidak ada tenaga sama sekali. Sementara aku dibelakang membawa oleh-oleh yang begitu merepotkan.. tangan kiri dan kanan membawa kardus yang beratnya minta ampun. Tapi, tak apalah .. ini sudah berakhir.. penderitaanku sudah berakhir. Aaaaaaaaa, aku teriak dalam hati serempak dengan suara mesin mobil yang melaju membawa kebahagiaan, ketenangan dan kedamaian hati yang luar biasa. Senja pun tersenyum padaku, pertanda aku sudah melewati musibah ini dengan baik. Makasih ya Allah.. ini pengalaman yang begitu dahsyat. Menegangkan!!!!