Pada dasarnya sifat manusia itu cenderung senang ketika
melihat teman dekat atau kerabatnya mengalami sebuah musibah. Barang tentu
disini hanya musibah kecil seperti kehilangan uang sebesar sepuluh ribu rupiah misalnya.
Walaupun sifat manusia itu lebih banyak yang baik dibandingkan yang buruk. Dan entah
kenapa, rasa iri dan dengki itu sudah biasa melekat dan terpatri di dalam hati.
Sehingga, ketika ada teman yang mempunyai barang baru atau memenangkan sebuah
lomba, bukannya senang, malah merasa cemburu dan iri. Dan itu wajar. Jadikanlah
rasa iri itu sebagai tonggak motivasi agar diri kita bisa lebih baik. Jangan pernah
merasa menyesal dengan apa yang sudah kita miliki. Allah sudah menciptakan
manusia itu dengan sangat sempurna. Iya, kamu itu sempurna. Biasakanlah selalu
melihat keadaan yang dibawah, melihat anak-anak kecil yang sudah bekerja
membantu orang tua misalnya. Padahal, usia mereka harusnya sedang berada di
sekolah. Menuntut ilmu setinggi langit. Dan janganlah takut bermimpi. “bermimpilah,
karena jika engkau bermimpi, tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu itu” itu kutipan
yang selalu aku ingat dari penulis Andrea Hirata. Jangan jadi diri sendiri
dengan apa adanya. Tapi, jadilah diri sendiri yang terbaik dari yang paling
baik.
Scripta Manent Verba Volant — yang tertulis akan tetap mengabadi. Yang terucap akan berlalu bersama angin.
Jumat, 11 Oktober 2013
Selasa, 08 Oktober 2013
Berhentilah!
Barangkali aku hanya mempergunakan waktu untuk tetap
mengingatmu. Aku juga tau, dengan atau tidak mengingatmu itu sama sekali tidak
membawa pengaruh atau dampak yang besar untuk dirimu sendiri, malah, yang lebih
ironis, dampak itu berbalik dan menyerang pada diriku sendiri karena telah
mempergunakan waktu dengan sangat sia-sia. Kadang, aku selalu berfikir, kenapa
bisa aku selalu menyimpan kamu dalam memory otak dan menjadikannya sebagai
ingatan yang wajib agar selalu di ingat. Walaupun, ingatan itu akan menyergap
untuk menyadarkan hati agar cepat-cepat berhenti karena itu hanya suatu hal
yang tidak pasti. Belum tentu kamu seperti aku, yang terus mengingatmu setiap
waktu. Tapi, kenapa jika aku berusaha untuk tidak mengingatmu, malah ingatan
itu semakin susah untuk pergi. Sungguh, aku sama sekali tidak mengerti. Ada
yang mengatakan, kalau ini adalah cinta. Dan seringkali aku bertanya pada diri
sendiri, benarkah ini cinta? Seketika, semua terjawab oleh logika. Jika ini
cinta, kenapa aku seringkali sakit hati. Jika ini cinta, kenapa harus aku yang
selalu menunggu. Jika ini cinta, kenapa kamu tak pernah ada. Jika ini cinta,
kenapa selalu aku yang dihakimi. Jika ini cinta, kenapa harus aku yang
merasakan perasaan ini sendiri. Jika itu cinta, kenapa tidak kita yang selalu
bersama?
Jika mencintaimu hanya bisa menciptakan rasa sakit di dalam
hati, sudah seharusnya aku bertanya pada diri sendiri : "pantaskah kamu
untuk aku cintai?". Biarlah, setidaknya aku bisa mengasihani diriku
sendiri dengan berusaha melupakan kamu secara perlahan. Jika akhirnya aku
mengingatmu lagi, aku harap kamu datang tanpa melukai hati ini. Cobalah untuk
tidak memberikan harapan agar aku tidak merasakan bahwa kamu juga mencintaiku,
padahal aku tau, kamu tidak mencintaiku sama sekali. Berhentilah, aku mohon
berhentilah untuk membuat aku besar hati kalau kamu memang diciptakan hanya
untukku. Mungkin, semua heran dengan apa yang terjadi. Aku bilang, aku cinta
kamu. Tapi, do'akanlah, agar kalimat "aku cinta kamu" bisa berubah seiring
berjalannya waktu dengan kalimat "kamu cinta aku". Demi apapun, aku
adalah orang yang susah untuk jatuh cinta. Tapi, kenapa? Saat aku berhasil
jatuh, kenapa cinta ini jatuh di hatimu dan hanya menciptakan luka untuk aku
nikmati sendiri. Sejujurnya, jika ini sudah jalan tuhan, aku terima dengan
lapang dada. Tapi, aku mohon, bangkitkan aku kembali agar tidak salah jatuh di
lain hati. Biarlah, setidaknya pena yang aku goreskan ini tau bahwa aku pernah
mencintaimu dan sedang berusaha agar cepat-cepat melupakanmu.
Jumat, 04 Oktober 2013
Untuk Kamu, Za!
Za, itu namamu yang sering aku peluk ketika rindu ini sedang
sakit. Mungkin, kamu memang diciptakan untuk aku nikmati. Bukan untuk aku
miliki.
Za, jika kamu sedang bersedih. Kemarilah, aku punya beberapa cerita lucu yang sanggup membuatmu terkekeh geli. Tak terbayangkan jika aku bisa membuatmu tertawa, Za. Pasti jiwa ini segar karena saking bahagianya.
Aku suka keluar rumah ketika malam datang. Hanya untuk duduk di beranda, mendongak dan menelanjangi langit. Tentu kamu tau maksudku, Za. Iya, karena aku suka sekali melihat bintang yang bertaburan di langit. Dan ketika di suatu malam langit mendung, aku murung mengutuk diriku sendiri. Aku murung bukan karena langit itu mendung sehingga bintang tak menyapaku. Aku murung karena kenyataannya aku lebih suka melihat senyumanmu, Za. Dari pada melihat bintang. Tersenyumlah, Za.. Aku sayang kamu.
Aku pernah beberapa kali mengintipmu dari celah-celah jendela kelasku. Sebab, aku tak mungkin memperlihatkan gerak-gerikku kalau sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, Za. Terlebih pada senyummu.. Ingin rasanya aku curi senyummu itu, Za. Dan akan ku simpan pada bibirku sendiri. Agar jika aku tersenyum, senyum ini milik kamu..
Za, jika kamu sedang bersedih. Kemarilah, aku punya beberapa cerita lucu yang sanggup membuatmu terkekeh geli. Tak terbayangkan jika aku bisa membuatmu tertawa, Za. Pasti jiwa ini segar karena saking bahagianya.
Aku suka keluar rumah ketika malam datang. Hanya untuk duduk di beranda, mendongak dan menelanjangi langit. Tentu kamu tau maksudku, Za. Iya, karena aku suka sekali melihat bintang yang bertaburan di langit. Dan ketika di suatu malam langit mendung, aku murung mengutuk diriku sendiri. Aku murung bukan karena langit itu mendung sehingga bintang tak menyapaku. Aku murung karena kenyataannya aku lebih suka melihat senyumanmu, Za. Dari pada melihat bintang. Tersenyumlah, Za.. Aku sayang kamu.
Aku pernah beberapa kali mengintipmu dari celah-celah jendela kelasku. Sebab, aku tak mungkin memperlihatkan gerak-gerikku kalau sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, Za. Terlebih pada senyummu.. Ingin rasanya aku curi senyummu itu, Za. Dan akan ku simpan pada bibirku sendiri. Agar jika aku tersenyum, senyum ini milik kamu..
Ingatkah kita pernah berburu senja bersama, Za? Waktu itu, aku belum jatuh
di hatimu. Malah, aku sudah meyakini diriku sendiri kalau kamu tak pantas untuk
aku cintai. Tapi, kenapa semuanya jadi begini. Kau apakan aku, Za, hingga cinta
yang aku rasa terhadapmu besar sekali?
Ada seorang teman yang memberitahuku kalau kamu sudah mengetahui tentang perasaan ini. Sungguh, baru kali ini aku mempunyai rasa yang membuat aku takut sendiri. Iya, Za.. Aku takut jika kamu menjauh dariku. Aku takut membuat hidupmu jadi risih akibat perasaan ini.
Banyak rindu yang tiba-tiba menyergapku, dan memaksaku untuk membuatkan puisi untukmu, Za.. Dan tak terkira, sudah ratusan puisi yang aku buat untukmu, Za.. Hanya untukmu, dan tetap hanya untukmu..
Za, diterakhir tulisan ini, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu. Maukah kamu berbincang hangat denganku sambil minum kopi?
Ada seorang teman yang memberitahuku kalau kamu sudah mengetahui tentang perasaan ini. Sungguh, baru kali ini aku mempunyai rasa yang membuat aku takut sendiri. Iya, Za.. Aku takut jika kamu menjauh dariku. Aku takut membuat hidupmu jadi risih akibat perasaan ini.
Banyak rindu yang tiba-tiba menyergapku, dan memaksaku untuk membuatkan puisi untukmu, Za.. Dan tak terkira, sudah ratusan puisi yang aku buat untukmu, Za.. Hanya untukmu, dan tetap hanya untukmu..
Za, diterakhir tulisan ini, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu. Maukah kamu berbincang hangat denganku sambil minum kopi?
Kamis, 03 Oktober 2013
Aku Mengerti
Kamu semakin menjauh dariku. Dan tanpa aku sadari, diam-diam
kamu memilih untuk pergi. Aku tak habis fikir, kenapa? Padahal, kita telah
sama-sama mewarnai hari, bulan, sampai tahun dengan semua hal yang membuat
senyum mengembang di bibir kita. Sungguh, aku tak menyesal jika kamu
memilih untuk pergi. Yang aku sesali, tentu saja telah mengenalmu sejauh ini.
Disuatu siang yang panas, sepulang sekolah, mataku menyapu
kesegala sisi halaman sekolah untuk segera menemukanmu. Dan kamu sedang berada disana,
sedang duduk ditaman sembari menyeruput es kopi kesukaanmu, dan memang itu
kesukaanku juga. Beruntung, kamu sedang sendirian. Membuatku melangkah dengan
pasti untuk berbicara padamu secara empat mata. "kenapa?" bibirku
hanya bisa mengucapkan kenapa, dan tak ada kata-kata yang bisa di ucapkan
selain itu. Lidahku tiba-tiba kelu. Akibat terlalu sakitnya hati ini. Tapi,
detik ini aku akan mengetahui alasannya kenapa kamu memilih untuk pergi
meninggalkanku. Iya, detik ini juga akan aku bunuh rasa sakit hati ini. Dan...
Sorot matanya yang hangat menorobos hingga ke dalam jiwaku. Bibirnya mulai
bersuara "Maafkan aku, aku tak bermaksud untuk meninggalkanmu apalagi
sampai menyakiti hatimu. Tapi, aku pergi memang sudah pilihan hati. Terimakasih
atas semua warna yang telah kamu berikan disetiap hari-hariku. Dan tak bisa aku
pungkiri, bahwa aku sayang kamu."
Aku selalu gemetar ketika dia sudah mengatakan kalimat
"aku sayang kamu" langsung dari bibirnya sendiri. Aku bernapas
panjang, berusaha tenang dan menyembunyikan perasaan kecewa dirongga dada. Aku
diam sesaat, menunggu jawabannya yang bisa diterima secara akal logika. Dan
kamu mengerti maksudku, dengan menjelaskan semuanya lagi secara lebih rinci,
"Iya, aku tau kamu juga sayang aku. Tapi, ketahuilah, rasa sayang ini
belum halal karena kita belum terikat kedalam suatu ikatan yang suci. Untuk
itu, aku memilih untuk pergi karena aku tak mau mengotori hati ini dengan
terjerumus ke dalam ikatan yg disebut 'pacaran' yang hanya akan membuat hati
kita menjadi keras karena selalu melakukan perbuatan zina kecil seperti : zina
mata, tangan, telinga, mulut, hati dan panca indra lainnya. Kamu percaya kalo
jodoh tak akan kemana? Iya, itu alasannya. Dan aku harap kamu mengerti. Biarlah
cinta ini kita simpan dalam hati sampa ia benar-benar layak untuk kita nikmati
dan kelak bisa di pertanggung jawabkan di hadapan Allah SWT."
Meneteslah air mataku ketika mendengar semua penjelasan yang
keluar dari bibirmu. Membuat mataku sadar dan terbelalak hebat! Dan aku
mengerti, kenapa kamu memilih untuk pergi. Karena ini kebaikan untuk kita, agar
tidak sampai terjerumus lebih jauh ke dalam perbuatan zina. Detik itu juga, aku
melepaskanmu. Kita sama-sama melepaskan hati yang kotor karena sudah terjerumus
ke dalam ikatan pacaran. Tak ada lagi luka yang tertinggal karena semua sudah
jelas. Aku sungguh mengerti kenapa kamu memilih untuk pergi. Makasih ya Allah
telah menyadarkanku lewat orang yang aku sayangi. Dan aku terus berusaha
menjaga mata dan hati ini agar tetap berada dijalanmu, memperdalam ajaran
agamaku sendiri, islam.
Rabu, 02 Oktober 2013
Tentang Kamu Lagi
Aku pernah kedapatan sedang memperhatikan kamu dari
belakang. Aku seperti maling yang ketahuan dan disergap tanpa diberi kesempatan
untuk menjelaskan semuanya. Dan tentu saja, kamu langsung membuang muka setelah
mengetahui apa yang sedang terjadi. Rasa Malu, itu yang aku rasakan ketika kamu
mengetahui bahwa aku memang sedang memperhatikan kamu dari belakang. Tapi,
tahukah? Sedetik kita bertabrakan mata, aku melihatmu dan kamu melihatku. Untuk
waktu sedetik itu, aku berhasil menemukan kilatan aneh dari sepasang matamu.
Bahwa kamu senang dan ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku tak tau, mungkin
kamu akan mengatakan rindu? Jika iya, aku juga selalu merindukanmu. Karena dari
mata, aku bisa mengetahui semuanya. Mata adalah sesuatu yang tak pernah bisa
berbohong. Beruntung, aku bisa membaca pikiran seseorang walau hanya dari
matanya saja. Walaupun sebenarnya aku tak percaya.
Mungkin, karena rasa
gengsimu yang terlalu tinggi. Kamu memilih diam dan berjalan menjauhiku.
Percayalah, aku tak pernah takut untuk patah hati. Mau tau kenapa? Karena tak
secuilpun aku mengharapkan sesuatu darimu, atau mengharapkan perasaan ini
dibalas olehmu. Aku hanya ingin jatuh cinta dan menikmati setiap bayanganmu
dalam diam. Walaupun, aku pernah beberapa kali cemburu. Karenanya, aku lebih
hati-hati merawat perasaan ini. Agar rasa yang diberikan kepadamu tak
berlebihan. Cukuplah hanya Allah yang pantas untuk menjaga perasaan ini.
Selebihnya, aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal
yang tidak di inginkan. Kiranya Allah mengerti tentang perasaan ini, dan semoga
saja aku akan segera melupakanmu tanpa harus membawa luka yang membekas di
dalam hati.
Entah sampai kapan aku berhenti menulis tentang kamu. Sejujurnya, aku juga benci. Benci pada diri sendiri yang telah lancang jatuh cinta secara diam-diam lagi. Dan entah dengan cara apalagi supaya bayanganmu tidak datang dan membuat rindu menjadi beranak pinak seperti ini. Maafkan aku, jika kamu telah aku cintai sedalam ini. Maafkan aku, karena telah memahat hatimu untuk tetap berada di setiap hariku. Jika kamu tak nyaman dengan semua ini, tamparlah aku supaya aku cepat-cepat membencimu. Jika kamu bilang “Terserah aku”, aku akan melanjutkan perasaan ini sampai ia bosan dan akhirnya pergi sendiri.
Entah sampai kapan aku berhenti menulis tentang kamu. Sejujurnya, aku juga benci. Benci pada diri sendiri yang telah lancang jatuh cinta secara diam-diam lagi. Dan entah dengan cara apalagi supaya bayanganmu tidak datang dan membuat rindu menjadi beranak pinak seperti ini. Maafkan aku, jika kamu telah aku cintai sedalam ini. Maafkan aku, karena telah memahat hatimu untuk tetap berada di setiap hariku. Jika kamu tak nyaman dengan semua ini, tamparlah aku supaya aku cepat-cepat membencimu. Jika kamu bilang “Terserah aku”, aku akan melanjutkan perasaan ini sampai ia bosan dan akhirnya pergi sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)