Aku pernah kedapatan sedang memperhatikan kamu dari
belakang. Aku seperti maling yang ketahuan dan disergap tanpa diberi kesempatan
untuk menjelaskan semuanya. Dan tentu saja, kamu langsung membuang muka setelah
mengetahui apa yang sedang terjadi. Rasa Malu, itu yang aku rasakan ketika kamu
mengetahui bahwa aku memang sedang memperhatikan kamu dari belakang. Tapi,
tahukah? Sedetik kita bertabrakan mata, aku melihatmu dan kamu melihatku. Untuk
waktu sedetik itu, aku berhasil menemukan kilatan aneh dari sepasang matamu.
Bahwa kamu senang dan ingin mengatakan sesuatu kepadaku. Aku tak tau, mungkin
kamu akan mengatakan rindu? Jika iya, aku juga selalu merindukanmu. Karena dari
mata, aku bisa mengetahui semuanya. Mata adalah sesuatu yang tak pernah bisa
berbohong. Beruntung, aku bisa membaca pikiran seseorang walau hanya dari
matanya saja. Walaupun sebenarnya aku tak percaya.
Mungkin, karena rasa
gengsimu yang terlalu tinggi. Kamu memilih diam dan berjalan menjauhiku.
Percayalah, aku tak pernah takut untuk patah hati. Mau tau kenapa? Karena tak
secuilpun aku mengharapkan sesuatu darimu, atau mengharapkan perasaan ini
dibalas olehmu. Aku hanya ingin jatuh cinta dan menikmati setiap bayanganmu
dalam diam. Walaupun, aku pernah beberapa kali cemburu. Karenanya, aku lebih
hati-hati merawat perasaan ini. Agar rasa yang diberikan kepadamu tak
berlebihan. Cukuplah hanya Allah yang pantas untuk menjaga perasaan ini.
Selebihnya, aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak terjerumus ke dalam hal-hal
yang tidak di inginkan. Kiranya Allah mengerti tentang perasaan ini, dan semoga
saja aku akan segera melupakanmu tanpa harus membawa luka yang membekas di
dalam hati.
Entah sampai kapan aku berhenti menulis tentang kamu. Sejujurnya, aku juga benci. Benci pada diri sendiri yang telah lancang jatuh cinta secara diam-diam lagi. Dan entah dengan cara apalagi supaya bayanganmu tidak datang dan membuat rindu menjadi beranak pinak seperti ini. Maafkan aku, jika kamu telah aku cintai sedalam ini. Maafkan aku, karena telah memahat hatimu untuk tetap berada di setiap hariku. Jika kamu tak nyaman dengan semua ini, tamparlah aku supaya aku cepat-cepat membencimu. Jika kamu bilang “Terserah aku”, aku akan melanjutkan perasaan ini sampai ia bosan dan akhirnya pergi sendiri.
Entah sampai kapan aku berhenti menulis tentang kamu. Sejujurnya, aku juga benci. Benci pada diri sendiri yang telah lancang jatuh cinta secara diam-diam lagi. Dan entah dengan cara apalagi supaya bayanganmu tidak datang dan membuat rindu menjadi beranak pinak seperti ini. Maafkan aku, jika kamu telah aku cintai sedalam ini. Maafkan aku, karena telah memahat hatimu untuk tetap berada di setiap hariku. Jika kamu tak nyaman dengan semua ini, tamparlah aku supaya aku cepat-cepat membencimu. Jika kamu bilang “Terserah aku”, aku akan melanjutkan perasaan ini sampai ia bosan dan akhirnya pergi sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar