Rabu, 26 Maret 2014

Surat Untuk Calon Suamiku



Hai, apa kabar calon suamiku? Semoga selalu dalam keadaan baik. Aku harap begitu. Jika kamu menanyakan hal yang sama, disini aku baik-baik saja. Sungguh! Aku selalu baik. Jika kamu tidak percaya. Betapa lucunya dirimu. Sebab, Allah selalu memberikan yang terbaik, bukan? Meskipun yang Ia berikan kadang-kadang selalu membuat hati kita sedih. Tapi, semoga kita termasuk orang-orang yang bersyukur. Tidak kufur nikmat dan tidak termasuk kedalam orang-orang yang sering menganiaya diri sendiri.

Calon suamiku, dimanapun kamu berada. Semoga kelak kita di pertemukan dengan cara yang terbaik. Yang bisa memperoleh Ridha-NYA, sehingga keluarga yang kita bangun bisa di Naungi oleh percikan pahala yang bisa mengantarkan kita menuju surga. Tapi sebelumnya, disini aku sedang berusaha memperbaiki diri. Mengenal diriku lebih jauh dan lebih dalam agar bisa intropeksi kesalahan-kesalahan yang lalu dan yang kini. Meskipun hanya bisa dengan cara perlahan dan terlalu banyak memakan waktu. Tapi, ketahuilah, aku lebih senang melakukan perubahan dari hal-hal kecil daripada harus langsung beranjak ke hal-hal yang besar. Itu sungguh akan memberatkan hati dan akan berakibat buruk bagi kesehatan tubuh. Semoga kamu mengerti apa maksudku.

Calon suamiku, setiap hari aku selalu berteman dengan orang-orang yang sudah menodai hatinya sendiri. Aku tidak tahu apa mereka sadar akan hal ini. Suatu hal yang bisa berdampak besar untuk dipikul oleh tubuh mereka sendiri. Sesuatu itu adalah pacaran. Iya, mereka, teman-temanku rata-rata sudah memiliki pacar. Sejak mereka masih SMP, bahkan. Bayangkan, umur sekecil itu sudah berani masuk ke gerbang kemaksiatan. Mungkin mereka belum mengerti. Iya, aku mahfum akan hal ini. Tapi, setidaknya, mereka bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Ini bukan soal melulu tentang kesenangan hati yang selalu ingin dituruti, yang selalu di nomor satukan sehingga mereka tidak peduli lagi mana yang hak dan yang bathil. Yang penting mereka senang. Yang penting mereka sudah meluapkan nafsunya sendiri.

Sehingga, tanpa kita sadari, nafsu sudah menjadi pengendali tubuh secara refleks. Bisa dikatakan nafsu sudah di agung-agungkan seperti Tuhan. Alangkah hancurnya dunia ini jika semua manusia melakukan seperti itu.

Calon suamiku yang baik, apa kamu juga sedang merasakan hal yang sama? Atau mungkin kamu sudah terjerumus kedalam perbuatan zina, seperti mereka? Aku tidak tahu. Yang penting, aku tidak melakukan apa yang mereka lakukan. Aku selalu menjaga hati ini siang dan malam agar selamat dari rayuan setan yang terkutuk!

Kamu tahu? Aku sering membaca buku tentang pandangan islam tentang pacaran dan dampak apa yang terjadi setelahnya?

Ternyata, hanya dengan pandang-pandangan saja itu sudah berdampak buruk bagi hati. Kamu pasti pernah merasakannya, bukan? Satu atau dua kali. Ketika ada perempuan lewat lalu kamu pandangi, betapa cantiknya. Betapa sempurna tubuhnya. Betapa kamu ingat akan warna baju yang Ia pakai. Cara berjalannya yang anggun, dan hal-hal kecil lainnya. Setiap hari kamu gelisah karena memikirkan paras dia yang cantik. Tidurmu tak lagi nyenyak karena dia perempuan dambaanmu. Tentu saja, waktumu terbuang dengan sangat sia-sia. Sholatmu tak lagi tepat waktu. Sebab, kamu selalu di sibukkan oleh bayang-bayangnya.
Kamu selalu tertegun dengan lagu-lagu cinta yang menghanyutkan dari pada ayat Al-Qur'an. Semua berubah sangat drastis akibat 'hanya' melakukan pandangan.

Jaga mata kamu baik-baik, ya! Sebab, kata Rasulullah: jagalah mata! Karena zinanya mata adalah melihat.

Calon suamiku yang sabar, maaf, mungkin tulisanku agak sedikit ngawur dan berantakan. Tapi, izinkan aku untuk belajar mengutarakan apa maksudku padamu. Semoga kamu tidak merasa risih dan ingin cepat-cepat berhenti dari tulisan yang membuat kepalamu pening ini. Sabarlah, ikuti saja sampai tamat. Aku tidak akan mengajakmu ke tempat-tempat gelap. Semua akan baik-baik saja.

Nanti jika kita bertemu. Apakah kita akan saling kenal bahwa kita adalah jodoh? Apakah Allah akan mempertemukan kita dengan cepat? Atau kita akan bertemu 10 atau 20 tahun yang akan datang? Entahlah, calon suamiku, semua rahasia Allah. Kita tidak akan pernah tau rencana selanjutnya.

Maaf, mungkin akibat pertanyaan-pertanyaanku ini kepalamu semakin pening. Minumlah terlebih dahulu, santai saja, jangan terburu-buru. Lalu setelah itu, kamu boleh membacanya kembali. Sebab, akan ada sebuah pertanyaan yang lebih dahsyat dari ini!

Aku selalu berharap, kita punya tujuan yang sama. Yaitu mencari ridha Allah. Karena aku yakin dan percaya, jodoh itu adalah cerminan.

Oh, ya, nanti jika kita sudah menikah. Kamu ingin punya anak berapa dariku? Kita harus merencanakan ini dengan matang. Sebab, aku tidak akan ikut program KB (Keluarga Berencana) yang di usulkan oleh pemerintah. Kamu taulah apa maksudku! Dengan atau tanpa kita sadari, program KB hanyalah program orang Yahudi dan Nasrani untuk menghilangkan keturunan muslim secara perlahan.

Kita harus mempunyai anak yang bisa membangun agama islam lebih baik. Tanpa agama, manusia tak lebih berbeda dari binatang, bukan? Aku yakin, kamu akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anak kita kelak. Semoga kesehatanmu selalu dijaga oleh Allah SWT. Karena aku tau, pekerjaan selalu mengekangmu untuk pulang larut malam. Sehingga waktu istirahatmu akan berkurang. Ditambah lagi kamu harus bangun pagi untuk mengantarkan anak-anak pergi ke sekolah.

Maafkan aku, mungkin aku terlalu lemah menjadi istri ataupun ibu. Tapi, semoga kamu selalu mencintai dengan segala kekuranganku. Kamu tidak usah menanyakan apakah aku juga mencintaimu? Sebab, aku selalu mencintaimu sampai detak jantung hilang dari dalam nadi.

Jika kamu memang sudah lelah dengan pekerjaanmu, jujurlah! Aku tidak akan marah. Kita bicarakan baik-baik agar segera bertemu dengan penyelesaian masalah. Aku bisa menjait, kita bisa membuka usaha konveksi. Atau jika itu terlalu berat bagimu. Aku bisa berjualan warung makan sederhana di depan rumah. Kita percaya rezeky itu pasti selalu ada. Kita menemukan 1 kesulitan, Allah beri 2 kemudahan. Yang terpenting, kita mempunyai banyak waktu untuk anak-anak. Kita ajarkan dan mendidiknya dengan berpegang teguh pada agama. Agar kelak, ketika kita sudah meninggal. Akan ada amal yang tidak terputus dari anak-anak kita yang selalu mendo'akan orang tuanya.

Aduh, mungkin surat ini terlalu menyulitkan bagimu. Sebentar lagi, kamu akan menamatkan tulisan ini. Atur nafasmu dulu, agar kamu tidak merasa sulit.

Terakhir, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih banyak kepadamu. Mungkin, kelak, kamu membacanya ketika menemukan sebuah blog kadaluarsa milikku. Kamu senyum-senyum sendiri. Dan diam-diam mencubit pipiku dengan gemas. Aku tidak ingin kalah. Aku dan anak-anak menyerangmu balik. Kita tertawa bersama, mempunyai keluarga sederhana yg hangat dan bahagia. Dan aku ingin kamu tau, aku sangat mencintaimu kini dan dulu. Aku mencintai keluarga kita yang semoga sakinnah, mawaddah, dan warohmah. Aamiin..

Aku Ingin

Aku ingin berkelana di dalam tubuhmu, sampai tidak mengenal waktu.
Menelaah jauh lebih dalam tentang kehangatan sepasang matamu.

Membaca dengan sabar dan teliti deretan nama yang ada di hatimu.

Semoga aku ada disana, mendekam dalam dinginnya tubuh tanpa harus mengganggu lelap tidurmu.

Sesepi inikah hidupmu?

Hingga sarang laba-laba berkembang biak dengan cepat di pojok-pojok luka hatimu. Barangkali memang para hantu mulai ada dan bersarang.

Aku ingin memeluk tengkuk lukamu, merawatnya hingga lekas sembuh. Sampai lebam itu hilang tanpa harus menjadi kenangan.

Aku butuh beberapa kapas dan betadine. Apa kamu mempunyainya?
Jika tidak. Jangan resah, sayangku..

Kamu hanya butuh beberapa nama yang bisa membalutnya. Dua atau tiga.

Tapi satu juga sudah cukup.

Sebab, pada akhirnya, hanya ada satu hati yang pantas untuk kamu singgahi.


Dan aku ingin menjadi hati yang terakhir di singgahi.

Semoga kamu berkenan.

Yang tak Terucap



Hai, apa kabar? Apa kamu masih mengenaliku? Ah, ini memang basa-basi yang jelek.


Entah kenapa, semenjak aku sibuk dengan buku-buku, aku menemukanmu. Kamu memberiku sebuah senyuman yang sangat manis melebihi gula. Bibirmu yang tipis menyempurnakannya. Aku tak tahu bagaimana rasa bibirmu. Aku tak akan pernah tahu. Barangkali aku hanya bisa menebak, mungkin rasanya seperti permen kapas. Lembut menyentuh lidah, membuat candu tak berkesudahan. Atau mungkin rasa bibirmu seperti buah kesemek mentah, pahit getir memeluk lidah, merambat pelan ke langit-langit tenggorokan. Kelak, biar istrimu yang akan tahu bagaimana rasa bibirmu.

Rasanya terlalu sulit untuk menulis tentang kamu. Entah aku yang baru pertama kali atau aku yang terlalu gugup dengan tulisan yang jauh dari sederhana ini. Kamu istimewa. Begitu kira-kira aku memvonis saat kali pertama bertemu. Sungguh, aku selalu tersihir dengan senyuman yang mengembang di bibirmu. Ingin aku gigit. Setelah itu, akan aku bawa pulang ke masa lalu.

Kamu tak mungkin tau tentang perasaan ini. Masih terlalu amatir. Aku berusaha untuk selalu menyembunyikannya dari orang-orang yang pandai menduga-duga. Perasaan ini cukup menjadi penyedap hidup. Tidak lebih. Dan tak ada niatan sama sekali untuk memilikimu. Sebab, hanya dengan mengenalmu itu sudah lebih dari cukup.

Aku harus berhati-hati terhadap hatiku. Itu memang harus, bukan?
"Aku senang jika ada yang melibat diriku kedalam sebuah tulisan." katamu disuatu siang yang panas.

Aku hanya tersenyum, mengangguk pelan menyetujui perkataanmu barusan.


Kita memang dekat. Tapi, hanya sebatas teman curhat. Hanya sebatas aku dan kamu. Sebab, kamu sudah memiliki kekasih. Kamu sangat mencintainya. Sangat. Melebihi cinta pada dirimu sendiri. Begitu kira-kira. Tapi kamu tak pernah sadar. Barangkali kamu tak peduli. Ah, memang egois dan keras kepala.
Kamu sering sekali membuat luka, akibat terlalu mencintainya. Kataku, jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan itu nggak baik. Berkali-kali. Tapi kamu tetap tidak peduli.

Aku sering menemukanmu dalam keadaan gundah, sedih, dan cemas. Aku ingin menghiburmu, tapi aku tidak akan pernah bisa. Sebab, pada akhirnya kamu akan mencarinya untuk mengobati kesedihanmu. Kamu terjebak oleh pilihanmu sendiri. Dia yang kamu cintai bahkan sampai setengah mati, memilih diam dan tidak peduli. Dan setelahnya, kamu terpuruk jauh lebih dalam, jauh lebih dalam..

Kamu kenapa? Cup cup cup! Jangan sedih.. Muka gantengmu nanti hilang kalo cemberut gitu. Iya, aku ada disini. Hari ini kosong. Semuanya untukmu!

Mungkin kamu tidak akan pernah tau...

Kita sering komunikasi lewat sms. Dan aku tentu bahagia. Diam-diam aku gombalin kamu. Aku geli mendapatkan balasan seperti ini :

"Nanti hidung akunya terbang nih!"

Lalu aku jawab,

"Biarin, asal jangan mata kamu aja yang terbang!"
kamu bingung mendapatkan balesan seperti itu..

Aku menikmati setiap kali mata kita bertemu.