Selasa, 28 Mei 2013

Tentang Senja Dan Kerinduan.



Jika senja telah tiba, yang kulakukan adalah merindumu. Kadang, aku menganggap bahwa senja ini adalah sekelebat kerinduan yang lama terpendam. Entah mengapa aku menganggapnya seperti itu. Yang pasti, hanya senja yang mampu membuatku betah duduk diberanda. Menatapi matahari bulat yang perlahan hilang diantara semburat jingganya yang cantik.

Senja yang ku punya tak selalu merah atau jingga. Kadang ia akan berubah menjadi abu-abu membelah langit biru. Juga ia pernah suguhkan warna ungu untukku. Mungkin, jingga tau bahwa aku sedang tersedu rindu. Ahh.. Sejak kapan aku selalu merindukan senja? Padahal, hanya beberapa manusia saja yang mengetahui betapa indahnya ia. Para penyair akan menganggap senja ini sebagai panggung perayaan. Dimana syair-syair mereka tumpah ruah diatas cakrawala. Fotoghrafer juga akan menganggap senja ini indah. Buktinya, mereka terpaku akan semburat jingganya atau bahkan, warna merahnya yang sungguh merona. Lalu, dengan para pelukis. Para pelukis tentu akan menggambar sayatan-sayatan halus yang berpadukan warna merah, jingga, kuning, biru dan ungu. Semua jadi satu dengan dipisahkan oleh elemen awan yang berwarna abu-abu. Dibagian dalam lukisan sebelum sayatan digambarkan, ia akan membuat matahari bulat, sedikit lebih rendah dari awan. Ahh.. tunggu dulu, tau apa aku tentang fotoghrafer dan Para pelukis? Maaf, lagi-lagi aku ngaco! Tapi, yang aku tau cuman tentang senja. Ya, senja memang nikmat tuhan yang khusus diberikan untuk mata. Ini masih tentang senja yang istimewa dan juga ini masih tentang rindu yang tak jemu-jemu menggangguku!

1 komentar: