Senja datang lagi. Seperti biasa, aku selalu menyambutnya diberanda
rumah, ditemani secangkir kopi hangat rasa favorit. Mataku mengadah ke
langit angkasa. Semburat jingga bertebaran dimana-mana. Awan berarak
dengan rapih, menyelubungi rembulan yang baru saja memperlihatkan
sepenggal wajahnya. Dan aku selalu diam terpaku didalamnya.
Suara langkah kaki terdengar mendekat. Mendekat duduk disampingku. Mata itu kini sedang menatapku. Bola matanya yang aku suka menerobos hingga terasa didada. Nafasku tertahan, tak percaya. Lalu, bibirnya menyunggingkan senyum. Manis sekali. Ya tuhaaaan... Orang yang aku sayangi sedang bersamaku. Menemaniku dibawah langit senja. Aku yakin, kini senja tersenyum melihatku bahagia. Sungguh senja yang sempurna!
Suara langkah kaki terdengar mendekat. Mendekat duduk disampingku. Mata itu kini sedang menatapku. Bola matanya yang aku suka menerobos hingga terasa didada. Nafasku tertahan, tak percaya. Lalu, bibirnya menyunggingkan senyum. Manis sekali. Ya tuhaaaan... Orang yang aku sayangi sedang bersamaku. Menemaniku dibawah langit senja. Aku yakin, kini senja tersenyum melihatku bahagia. Sungguh senja yang sempurna!
Beberapa menit telah berlalu. Kita masih diam. Menatap satu sama lain
dan sibuk mengemasi perasaan masing-masing. Tak ada kata yang terucap
dari bibir kita. Namun, mata telah mewakili sejuta kata yang ada. Kita
mengerti bahasa diam.
"heeeiiii..." suara gagahmu menyadarkanku. "tenang saja. Aku akan disini. Menemanimu dibawah langit senja. Itu yang paling kamu suka, kan?" matamu menghujam dimataku.
"terimakasih, pasti sekarang senja cemburu melihat kita berdua. Biarlah senja ini akan menjadi saksi bahwa aku bahagia. Bahagia bersamamu." kataku ceria.
"pasti!" tanganmu memegang erat tanganku. Setelah itu, kita diam lagi. Dalam hati. Aku menikmati suasana ini. Saat mata itu menatap. Saat suaranya yang gagah menemani kesepianku. Saat tangan itu menggenggam erat menenangkanku. Aku rekam semuanya dalam memori otak. Takkan pernah aku lupa. Disinilah nanti aku akan merindukannya.
Seperti kerinduan gelombang pada angin, seperti kerinduan rembulan pada
kegelapan malam dan seperti kerinduan langit pagi pada matahari.
Seketika, senja menjelma sangat perkasa dan malam begitu ringkih untuk
menaklukannya. "aku tak akan meninggalkanmu" bisikmu saat itu. Aku hanya
tersenyum. Dan tanganmu lebih erat lagi menggenggam tanganku.
"heeeiiii..." suara gagahmu menyadarkanku. "tenang saja. Aku akan disini. Menemanimu dibawah langit senja. Itu yang paling kamu suka, kan?" matamu menghujam dimataku.
"terimakasih, pasti sekarang senja cemburu melihat kita berdua. Biarlah senja ini akan menjadi saksi bahwa aku bahagia. Bahagia bersamamu." kataku ceria.
"pasti!" tanganmu memegang erat tanganku. Setelah itu, kita diam lagi. Dalam hati. Aku menikmati suasana ini. Saat mata itu menatap. Saat suaranya yang gagah menemani kesepianku. Saat tangan itu menggenggam erat menenangkanku. Aku rekam semuanya dalam memori otak. Takkan pernah aku lupa. Disinilah nanti aku akan merindukannya.
BRUKKKK! Badanku terjatuh dari atas ranjang. Setengah tersadar aku bangkit dengan tangan berpegangan pada sisi ranjang itu. Pinggangku terasa sakit. "hooaaaam" aku menggeliat malas. Mengingat-ngingat sesuatu yang indah. Seketika, aku bangkit. Mataku mengerjap dan sudah sepenuhnya terjaga. Aku mengepal 2 tanganku. Melemparkan tinjuanku ke udara. "AAAAAAAAAAHHHH" Aku menjerit, suaraku terdengar parau menggema dilangit-langit kamar. Semua itu hanya mimpi. Saat itu juga, hujan deras ada di kedua mataku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar