Minggu, 13 April 2014

Kesepian

Aku kira aku baik-baik saja. 
Kesepian sudah biasa menemaniku.

Jika kamu berkenan, coba kirimkan pesan singkat untukku. Menanyakan kabar atau sekedar basa-basi sedang apa dan dimana? Sungguh, jika itu terjadi, pasti aku sangat senang.

Racau

Baru bangun tidur nih!
Dan semua berita di televisi menayangkan tengtang UN, di koran, di internet, di mana-mana. Aku pikir UN nggak semenakutkan itu. Iya, kan?

Eh, kalo aku kasih semangat buat kamu yang lagi ngadepin UN, ada efeknya nggak sih? Oh, ya, hari ini ada pelajaran apa aja? Ini baru hari pertama loh, aku yakin kamu bisa!!

SEMANGATT!!! Aku cuman mau bilang itu, dan pasti kamu nggak akan peduli, Apapun itu, terserah! Yang penting, aku selalu bahagia. Setiap hari. kamu tau?

Selasa, 08 April 2014

Mungkin

Beberapa hari belakangan ini aku selalu merasa cemas. Aku juga tidak tau apa yang sedang terjadi dengan hidupku ini. Aku pikir semua baik-baik saja. Berjalan normal. Semua keinginan, semua semoga yang aku ucapkan setiap hari terkabul dengan sendirinya. Aku perlu banyak terimakasih kepada teman-teman yang meminjamkan telinganya untuk mendengar curhatanku. Maaf, jika aku terlalu banyak mengoceh. Tapi, hanya dengan cara itu supaya jiwa ini bisa pulih kembali.

Aku hanya ingin bilang, mungkin saat menulis ini aku sedang tidak sehat. Semoga kamu percaya!

(T)ak Sengaja

Lima hari lagi kamu menghadapi Ujian Nasional tingkat SMA diseluruh Indonesia. Sungguh, kenapa aku jadi cemas begini. Padahal, bukan aku yang akan menghadapi Ujian. Aku tau, kamu juga cemas. Aku berharap semoga kamu selalu diberi kesehatan agar bisa mengerjakan soal dengan sebaik mungkin. Lapangkanlah hatimu saat membaca soal-soal bahasa Indonesia. Bersabarlah, semua akan baik-baik saja.

Kamu tau? Aku ingin menulis beberapa kalimat yang mungkin tidak penting, seperti ini: "Semangat untuk beberapa hari kedepan! Semoga selalu diberi kelancaran saat mengerjakan soal!". Lalu aku menempelkannya dengan solatip diatas kursimu. Seperti dulu, saat kamu sedang menghadapi semester. Aku harap-harap cemas. Takut kamu tidak membacanya atau ketahuan orang lain. Hari pertama tidak ada jawaban. Aku makin gelisah. Baru dihari kedua kamu lewat di depan kelas, aku ingat, lalu kamu mengatakan "Terimakasih. Kamu juga." dengan sedikit tersenyum.

Aku diam. Seolah waktu berjalan dengan gerak yang lambat. Hatiku mulai bergemuruh. Beberapa detik kemudian semuanya meledak! Entah petir macam apa yang tiba-tiba menyambar kepalaku, menghamburkan bunga-bunga dalam dadaku. Seketika otot-otot bibirku bekerja melengkungkan senyum yang tak sudah-sudah. Dan rasa bahagia berlesatan diseluruh jalan darahku.

Aku berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tadi tidak mimpi. Membenamkan wajah pada kedua tanganku. Mungkin pipiku sudah berubah jadi memerah. Aku malu.


Tapi, untuk kali ini, aku urungkan niat untuk melakukannya lagi. Walaupun sebenarnya ucapan semangat itu sudah aku tulis dan telah aku siapkan sebatang coklat untuk kamu. Berharap coklat pemberianku bisa melumerkan suasana panas dalam hatimu. Tapi, sudah aku bilang, aku tidak mungkin melakukannya lagi. Semuanya sudah selesai! Semua harus segera dilupakan!


Aku menuliskan ini saat acara istigosah telah selesai. Aku tak sengaja menemukanmu diantara banyaknya manusia yang berpakaian seragam. Meskipun hati ini enggan untuk memperhatikanmu lebih lama lagi. Tapi, ada diri aku yang lain, yang terus ingin menyelidik dari balik jendela kelas. Aku tetap berusaha terlihat wajar di hadapan teman-teman. Sesekali aku berpaling ke arah yang lain. Dan setelah itu, memperhatikanmu kembali. Supaya tidak ada yang curiga dengan kelakuanku ini.

Kamu memeluk beberapa teman-temanmu yang lain, semacam salam perpisahan. Matamu sedikit sembab, mungkin tadi saat istigosah kamu menangis.

Aku menghela nafas panjang. Ada sesak yang terjebak di dalam dada. Aku berusaha menenangkan diri sendiri agar tidak merasa kehilangan. Bukannya semua akan pergi? Semua akan hilang menjadi kenangan. Tidak ada yang perlu di pertahankan. Aku mengutuk diri sendiri, berkali-kali!

Bibirku mengucapkan mantra semacam do'a dan meniupkannya agar angin berbaik hati membawanya terbang sampai ke langit. 

Aku hanya ingin kamu cepat-cepat lulus. Setelah itu, silahkan bertemu dengan hidup yang sebenarnya. Mewujudkan mimpi yang sudah lama kamu lupakan. Semogaku terus ada untuk kamu. Tersimpan rapi dan bersembunyi di dunia yang tidak akan pernah kamu tahu! Cepat pergi dan lari dari hadapanku, untuk selamanya! Aku mohon, agar bisa hidup tenang tanpa bertemu lagi dengan kecemasan.

Minggu, 06 April 2014

Ya Allah

Ya Allah, peluk aku, aku mohon..

(T)anpa Judul

Untuk kamu, yang namanya tak mungkin aku tulis kembali. Aku hanya ingin minta maaf dengan segala apa yang sudah terjadi. Aku tau, seharusnya ini tak boleh terjadi. Semoga kamu selalu berbaik hati kepada diriku yang dulu pernah mencintaimu. Mungkin, ini memang lucu. Hahaha.. Bukannya benar begitu? Kamu tidak usah malu-malu untuk menertawai segala kecerobohanku. Dan aku pikir, perasaan ini memang sudah tidak ada lagi. Hilang bersama banyaknya luka yang kamu beri untuk aku nikmati.

Kamu tau? Keinginan terbesarku saat ini hanya ingin berani mengatakan bahwa, "semuanya aku yang salah! Aku mohon maaf!" Di hadapanmu.. Setelah itu, aku akan pergi..

Sunyi

Diam-diam aku di peluk sunyi. Berkali-kali. Lagi dan lagi.
Aku tak pernah mengundangnya apalagi memintanya untuk sekedar menemani.
Sunyi selalu mengejutkanku dari perangai waktu yang katanya selalu menang lomba balap lari.

Sunyi mencumbu leherku tanpa rasa malu.
Menelanjangi kelakuan busuk, sifat dengki dan segala macam bentuk rupa yang tidak pernah aku tau sebelumnya. Aku terlalu kerdil untuk mengenal diri sendiri.

Aku selalu tertipu dengan jebakannya yang cerdik sampai direnggutlah keperawananku.

Sesekali aku pernah mendengarnya terbahak-bahak karena berhasil mengelabuiku. Barangkali memang sunyi lebih brengsek!

"Nanti, jika Ia datang, tolong sampaikan aku sedang sibuk! Tidak ingin diganggu oleh siapapun. Berkas-berkas di meja kerjaku masih menggunung karena belum sempat tersentuh sama sekali. Aku capek. Ingin segera cepat pulang dan membuang kecemasan." aku titipkan pesan itu pada angin, Ia hanya mengangguk dan manut pada amanah yang aku tugasi. Lalu pergi tanpa salam perpisahan ataupun senyuman pasti.

Aku limbung. Tiba-tiba kepalaku berat sekali. Ada yang menggerayangi tubuh sampai aku tak sadarkan diri.

Setelah itu, aku bermimpi.
Duduk di pelantaran sunyi, terjebak oleh hiruk pikuk kesalahan hidup sendiri.