Minggu, 06 April 2014

Sunyi

Diam-diam aku di peluk sunyi. Berkali-kali. Lagi dan lagi.
Aku tak pernah mengundangnya apalagi memintanya untuk sekedar menemani.
Sunyi selalu mengejutkanku dari perangai waktu yang katanya selalu menang lomba balap lari.

Sunyi mencumbu leherku tanpa rasa malu.
Menelanjangi kelakuan busuk, sifat dengki dan segala macam bentuk rupa yang tidak pernah aku tau sebelumnya. Aku terlalu kerdil untuk mengenal diri sendiri.

Aku selalu tertipu dengan jebakannya yang cerdik sampai direnggutlah keperawananku.

Sesekali aku pernah mendengarnya terbahak-bahak karena berhasil mengelabuiku. Barangkali memang sunyi lebih brengsek!

"Nanti, jika Ia datang, tolong sampaikan aku sedang sibuk! Tidak ingin diganggu oleh siapapun. Berkas-berkas di meja kerjaku masih menggunung karena belum sempat tersentuh sama sekali. Aku capek. Ingin segera cepat pulang dan membuang kecemasan." aku titipkan pesan itu pada angin, Ia hanya mengangguk dan manut pada amanah yang aku tugasi. Lalu pergi tanpa salam perpisahan ataupun senyuman pasti.

Aku limbung. Tiba-tiba kepalaku berat sekali. Ada yang menggerayangi tubuh sampai aku tak sadarkan diri.

Setelah itu, aku bermimpi.
Duduk di pelantaran sunyi, terjebak oleh hiruk pikuk kesalahan hidup sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar