Selasa, 08 April 2014

(T)ak Sengaja

Lima hari lagi kamu menghadapi Ujian Nasional tingkat SMA diseluruh Indonesia. Sungguh, kenapa aku jadi cemas begini. Padahal, bukan aku yang akan menghadapi Ujian. Aku tau, kamu juga cemas. Aku berharap semoga kamu selalu diberi kesehatan agar bisa mengerjakan soal dengan sebaik mungkin. Lapangkanlah hatimu saat membaca soal-soal bahasa Indonesia. Bersabarlah, semua akan baik-baik saja.

Kamu tau? Aku ingin menulis beberapa kalimat yang mungkin tidak penting, seperti ini: "Semangat untuk beberapa hari kedepan! Semoga selalu diberi kelancaran saat mengerjakan soal!". Lalu aku menempelkannya dengan solatip diatas kursimu. Seperti dulu, saat kamu sedang menghadapi semester. Aku harap-harap cemas. Takut kamu tidak membacanya atau ketahuan orang lain. Hari pertama tidak ada jawaban. Aku makin gelisah. Baru dihari kedua kamu lewat di depan kelas, aku ingat, lalu kamu mengatakan "Terimakasih. Kamu juga." dengan sedikit tersenyum.

Aku diam. Seolah waktu berjalan dengan gerak yang lambat. Hatiku mulai bergemuruh. Beberapa detik kemudian semuanya meledak! Entah petir macam apa yang tiba-tiba menyambar kepalaku, menghamburkan bunga-bunga dalam dadaku. Seketika otot-otot bibirku bekerja melengkungkan senyum yang tak sudah-sudah. Dan rasa bahagia berlesatan diseluruh jalan darahku.

Aku berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tadi tidak mimpi. Membenamkan wajah pada kedua tanganku. Mungkin pipiku sudah berubah jadi memerah. Aku malu.


Tapi, untuk kali ini, aku urungkan niat untuk melakukannya lagi. Walaupun sebenarnya ucapan semangat itu sudah aku tulis dan telah aku siapkan sebatang coklat untuk kamu. Berharap coklat pemberianku bisa melumerkan suasana panas dalam hatimu. Tapi, sudah aku bilang, aku tidak mungkin melakukannya lagi. Semuanya sudah selesai! Semua harus segera dilupakan!


Aku menuliskan ini saat acara istigosah telah selesai. Aku tak sengaja menemukanmu diantara banyaknya manusia yang berpakaian seragam. Meskipun hati ini enggan untuk memperhatikanmu lebih lama lagi. Tapi, ada diri aku yang lain, yang terus ingin menyelidik dari balik jendela kelas. Aku tetap berusaha terlihat wajar di hadapan teman-teman. Sesekali aku berpaling ke arah yang lain. Dan setelah itu, memperhatikanmu kembali. Supaya tidak ada yang curiga dengan kelakuanku ini.

Kamu memeluk beberapa teman-temanmu yang lain, semacam salam perpisahan. Matamu sedikit sembab, mungkin tadi saat istigosah kamu menangis.

Aku menghela nafas panjang. Ada sesak yang terjebak di dalam dada. Aku berusaha menenangkan diri sendiri agar tidak merasa kehilangan. Bukannya semua akan pergi? Semua akan hilang menjadi kenangan. Tidak ada yang perlu di pertahankan. Aku mengutuk diri sendiri, berkali-kali!

Bibirku mengucapkan mantra semacam do'a dan meniupkannya agar angin berbaik hati membawanya terbang sampai ke langit. 

Aku hanya ingin kamu cepat-cepat lulus. Setelah itu, silahkan bertemu dengan hidup yang sebenarnya. Mewujudkan mimpi yang sudah lama kamu lupakan. Semogaku terus ada untuk kamu. Tersimpan rapi dan bersembunyi di dunia yang tidak akan pernah kamu tahu! Cepat pergi dan lari dari hadapanku, untuk selamanya! Aku mohon, agar bisa hidup tenang tanpa bertemu lagi dengan kecemasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar