Lima hari lagi kamu menghadapi Ujian Nasional tingkat SMA diseluruh
Indonesia. Sungguh, kenapa aku jadi cemas begini. Padahal, bukan aku
yang akan menghadapi Ujian. Aku tau, kamu juga cemas. Aku berharap
semoga kamu selalu diberi kesehatan agar bisa mengerjakan soal dengan
sebaik mungkin. Lapangkanlah hatimu saat membaca soal-soal bahasa
Indonesia. Bersabarlah, semua akan baik-baik saja.
Kamu tau? Aku ingin menulis beberapa kalimat yang mungkin tidak penting,
seperti ini: "Semangat untuk beberapa hari kedepan! Semoga selalu
diberi kelancaran saat mengerjakan soal!". Lalu aku menempelkannya
dengan solatip diatas kursimu. Seperti dulu, saat kamu sedang menghadapi
semester. Aku harap-harap cemas. Takut kamu tidak membacanya atau
ketahuan orang lain. Hari pertama tidak ada jawaban. Aku makin gelisah.
Baru dihari kedua kamu lewat di depan kelas, aku ingat, lalu kamu
mengatakan "Terimakasih. Kamu juga." dengan sedikit tersenyum.
Aku diam. Seolah waktu berjalan dengan gerak yang lambat. Hatiku mulai
bergemuruh. Beberapa detik kemudian semuanya meledak! Entah petir macam
apa yang tiba-tiba menyambar kepalaku, menghamburkan bunga-bunga dalam
dadaku. Seketika otot-otot bibirku bekerja melengkungkan senyum yang tak
sudah-sudah. Dan rasa bahagia berlesatan diseluruh jalan darahku.
Aku berusaha meyakinkan diri sendiri bahwa tadi tidak mimpi.
Membenamkan wajah pada kedua tanganku. Mungkin pipiku sudah berubah jadi
memerah. Aku malu.
Tapi, untuk kali ini, aku urungkan niat untuk melakukannya lagi.
Walaupun sebenarnya ucapan semangat itu sudah aku tulis dan telah aku
siapkan sebatang coklat untuk kamu. Berharap coklat pemberianku bisa
melumerkan suasana panas dalam hatimu. Tapi, sudah aku bilang, aku tidak
mungkin melakukannya lagi. Semuanya sudah selesai! Semua harus segera
dilupakan!
Aku menuliskan ini saat acara istigosah telah selesai. Aku tak sengaja
menemukanmu diantara banyaknya manusia yang berpakaian seragam. Meskipun
hati ini enggan untuk memperhatikanmu lebih lama lagi. Tapi, ada diri
aku yang lain, yang terus ingin menyelidik dari balik jendela kelas. Aku
tetap berusaha terlihat wajar di hadapan teman-teman. Sesekali aku
berpaling ke arah yang lain. Dan setelah itu, memperhatikanmu kembali.
Supaya tidak ada yang curiga dengan kelakuanku ini.
Kamu memeluk beberapa teman-temanmu yang lain, semacam salam perpisahan.
Matamu sedikit sembab, mungkin tadi saat istigosah kamu menangis.
Aku
menghela nafas panjang. Ada sesak yang terjebak di dalam dada. Aku
berusaha menenangkan diri sendiri agar tidak merasa kehilangan. Bukannya
semua akan pergi? Semua akan hilang menjadi kenangan. Tidak ada yang
perlu di pertahankan. Aku mengutuk diri sendiri, berkali-kali!
Bibirku mengucapkan mantra semacam do'a dan meniupkannya agar angin
berbaik hati membawanya terbang sampai ke langit.
Aku hanya ingin kamu
cepat-cepat lulus. Setelah itu, silahkan bertemu dengan hidup yang
sebenarnya. Mewujudkan mimpi yang sudah lama kamu lupakan. Semogaku
terus ada untuk kamu. Tersimpan rapi dan bersembunyi di dunia yang tidak
akan pernah kamu tahu! Cepat pergi dan lari dari hadapanku, untuk
selamanya! Aku mohon, agar bisa hidup tenang tanpa bertemu lagi dengan
kecemasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar