Dimalam yang meninggalkan bau tanahnya , karena tadi sore
hujan datang menyapa. Basah, dan hampir basi ini. Entah jam berapa sekarang. Aku
tidak memperdulikan itu, di kamar ini, dikamar yang sedang aku tinggali tidak ada
jam dinding yang terpajang ditembok memperdengarkan bunyi detak detiknya. Handphone
yang berada di bawah bantal pun tidak menampakkan jam digitalnya. Kerena baterainya
mati sudah lama tidak di chass . aku
membaca novel berjudul “jejak kala” karya Anindita S. Thayf yang aku pinjam
dari perpustakaan sekolah. Aku membacanya dengan ditemani oleh suara gemuruh
mesin kipas angin yang menandakan bahwa mesin kipas angin ini sudah mulai rapuh
dan rusak dimakan oleh waktu. Sambil tengkurep memeluk bantal karena malam ini
cuacanya sangat dingin disebabkan rinai hujan jatuh senja tadi. Sesekali aku dudk bersila lalu tengkurep lagi dengan
posisi kembali seperti semula. Tentunya supaya otot-ototku tidak menegang
ketika aku membaca. Supaya tetap santai. Supaya tetap membaca dengan penuh
konsentrasi. Sungguh! Aku membaca novel ini semalaman , dengan jumlah halaman
195 berhasil menyeret imajinasiku masuk kedalamnya. Lebih dalam. Dan terus
lebih dalam lagi. “ Jejak kala adalah kisah mengharukan dari orang kecil yang
selalu diremehkan dan dipandang rendah, namun ternyata sanggup memiliki jiwa
besar dan hangat. Akankah si itik buruk rupa menjadi angsa putih? Jejak kala
sungguh potret hidup yang jarang terjadi, novel yang sangat menyentuh dan mampu
member inspirasi tentang arti hidup “ itulah kutipan yang ada di dalam novel
ini. Dan dengan jelas tertera disampulnya. Betapa aku terhanyut didalamnya. Didalam
cerita ini. Cerita yang baru aku temui di novel ini. Novel yang berhasil
menjatuhkan air mataku. Entah kenapa aku menangis terisak-isak dan sejadi-jadinya
ketika membaca novel yang satu ini. Ah, sebegitu sedihnya! Sampai-sampai
hidungku juga ikut menangis. Eh, bukan menangis. Masa iya hidung menangis. Bukan,
bukan itu. Tapi sampai hidungku keluar cairan bersamaan dengan jatuhnya air
mata. Tepat sekali!
Sekarang, aku bisa menjadi
wanita yang sungguh lembut hatinya. Iya, aku merasakan itu. Karena setauku aku
adalah wanita yang keras hati dan keras kepala. Dan air mata adalah sesuatu
yang aku benci. Karena apa? Anda tidak perlu tau alasannya kenapa dan mengapa. Cukup
aku saja yang tau. Dan, dimalam ini, dihawa yang begitu dingin ini. Aku menangis
tersedu-sedu hanya karena sebuah novel, sebuah
buku. Ah.. berhasil. Penulis novel ini sungguh berhasil menyampaikan
alur ceritanya yang begitu menyedihkan. Benar-benar penulis yang hebat. Aku mengaguminya.
Dan ini adalah kalimat yang sering aku ucapkan kepada para penulis hebat,
berbakat dan cerdas. Aku menyukai itu, Anindita S. Thayf. Penulis novel yang berhasil membuat air mataku mengalir
dengan derasnya. Oh, malam ini aku harus tidur dengan mata bengkak akibat
menangis tadi. Dengan sukses novel “jejak kala” mengakhiri malamku yang sunyi
yang dingin tanpa selimut dan hanya ditemani oleh banyak nyamuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar