Selasa, 30 April 2013

Malam yang basah dan Hampir Basi


Dimalam yang meninggalkan bau tanahnya , karena tadi sore hujan datang menyapa. Basah, dan hampir basi ini. Entah jam berapa sekarang. Aku tidak memperdulikan itu, di kamar ini, dikamar yang sedang aku tinggali tidak ada jam dinding yang terpajang ditembok memperdengarkan bunyi detak detiknya. Handphone yang berada di bawah bantal pun tidak menampakkan jam digitalnya. Kerena baterainya mati sudah lama tidak di chass . aku membaca novel berjudul “jejak kala” karya Anindita S. Thayf yang aku pinjam dari perpustakaan sekolah. Aku membacanya dengan ditemani oleh suara gemuruh mesin kipas angin yang menandakan bahwa mesin kipas angin ini sudah mulai rapuh dan rusak dimakan oleh waktu. Sambil tengkurep memeluk bantal karena malam ini cuacanya sangat dingin disebabkan rinai hujan jatuh senja tadi. Sesekali  aku dudk bersila lalu tengkurep lagi dengan posisi kembali seperti semula. Tentunya supaya otot-ototku tidak menegang ketika aku membaca. Supaya tetap santai. Supaya tetap membaca dengan penuh konsentrasi. Sungguh! Aku membaca novel ini semalaman , dengan jumlah halaman 195 berhasil menyeret imajinasiku masuk kedalamnya. Lebih dalam. Dan terus lebih dalam lagi. “ Jejak kala adalah kisah mengharukan dari orang kecil yang selalu diremehkan dan dipandang rendah, namun ternyata sanggup memiliki jiwa besar dan hangat. Akankah si itik buruk rupa menjadi angsa putih? Jejak kala sungguh potret hidup yang jarang terjadi, novel yang sangat menyentuh dan mampu member inspirasi tentang arti hidup “ itulah kutipan yang ada di dalam novel ini. Dan dengan jelas tertera disampulnya. Betapa aku terhanyut didalamnya. Didalam cerita ini. Cerita yang baru aku temui di novel ini. Novel yang berhasil menjatuhkan air mataku. Entah kenapa aku menangis terisak-isak dan sejadi-jadinya ketika membaca novel yang satu ini. Ah, sebegitu sedihnya! Sampai-sampai hidungku juga ikut menangis. Eh, bukan menangis. Masa iya hidung menangis. Bukan, bukan itu. Tapi sampai hidungku keluar cairan bersamaan dengan jatuhnya air mata. Tepat sekali!

Sekarang, aku bisa  menjadi wanita yang sungguh lembut hatinya. Iya, aku merasakan itu. Karena setauku aku adalah wanita yang keras hati dan keras kepala. Dan air mata adalah sesuatu yang aku benci. Karena apa? Anda tidak perlu tau alasannya kenapa dan mengapa. Cukup aku saja yang tau. Dan, dimalam ini, dihawa yang begitu dingin ini. Aku menangis tersedu-sedu hanya karena sebuah novel, sebuah  buku. Ah.. berhasil. Penulis novel ini sungguh berhasil menyampaikan alur ceritanya yang begitu menyedihkan. Benar-benar penulis yang hebat. Aku mengaguminya. Dan ini adalah kalimat yang sering aku ucapkan kepada para penulis hebat, berbakat dan cerdas. Aku menyukai itu, Anindita S. Thayf. Penulis novel  yang berhasil membuat air mataku mengalir dengan derasnya. Oh, malam ini aku harus tidur dengan mata bengkak akibat menangis tadi. Dengan sukses novel “jejak kala” mengakhiri malamku yang sunyi yang dingin tanpa selimut dan hanya ditemani oleh banyak nyamuk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar